1/11/2016

Kalau Suami selingkuh

Selingkuh adalah momok yang selalu membayang-bayangi kehidupan perkawinan, sebuah batu uji bagi kesetiaan masing-masing pasangan. Saat suami seseorang selingkuh, apa pendapat sang janda? bagaimana ia menilai kehidupan masing-masing orang yang selingkuh, atau dituduh selingkuh?

Kalau Suami selingkuh

Satu pagi di kantor, seorang teman kerja mengeluh sama saya. Dia expat alias orang asing, umur di penghujung 50-an. Status, menikah dengan istri Indonesia yang sekitar 10 tahun lebih muda, tidak bekerja setelah menikah.

Anak dua, yang satu sudah kuliah di Australi, yang kecil sedang ujian akhir SMA. Tampangnya lumayanlah, rapi dan terawat walaupun ngga cakep-cakep banget. Bayangin Freddie Mercury berumur 58 tahun sajalah, dengan rambut putih agak membotak.

Ya, namanya temen, sambil makan oatmeal bawaan dari rumah saya dengarkan ceritanya. Jadi, istrinya mengatakan bahwa dirinya diguna-guna. Dalam hati saya, buset deh, hari gini masih ada ya ilmu teluh? Kirain cuma di sinetron aja.

Katanya, menurut istrinya, dia sekarang tidak seperti dulu lagi, lebih berani melawan (haha, ketahuan kalau dia anggota Ikatan Pria Takut Istri!), dan yang mengguna-gunai dia ada 3 wanita di kantor. Nah lho! Jangan-jangan gue masuk ke listnya lagi. Soalnya kita suka ngopi bareng (biar barengan sama orang-orang lain).

Itu lucunya, semua nama perempuan di HP temen saya dihapus (termasuk tukang potong rambut, geologist, sekretaris, dll), rumah dibakarin menyan termasuk sepatunya dikasih menyan, sampai bolpen dibelikan yang baru.

Menurut saya, selama beberapa minggu teman saya itu jadi sinting karena paranoid. Sampai saya bilang, kalo kita ngobrol dan kamu ngomongin soal magis-magisan, saya males ya. Kok tingkat pembicaraan jadi ngga intelektual begini.

Pernah sekali waktu istrinya nelpon mendadak karena punya perasaan tidak enak. Dan itu sering banget terjadi, karena saya jadi sering mergokin teman satu ini di dekat lift, supaya pembicaraannya tidak kedengaran oleh rekanan kerja yang lain.

Saya sampai mikir, syukur saya ngga punya suami atau teman yang nelpon mengganggu saya membahas guna-guna! Bukan cuma berhenti di sana saja, tapi istrinya menyewa private detective untuk memantau gerak gerik suaminya.

Waduh, sampai sang teman ini takut mau apa-apa. Padahal load pekerjaan di kantor lagi bujubune banyaknya. Kadang saya pikir norak bener ya, jadi istri. Saya tahu persis kalau teman saya ini orangnya lempeng selempeng-lempengnya lempeng. Boring malah. 

Tidak seperti bule-bule lain yang kalau Jumat suka pergi bersosialisasi sambil minum bir, ini malah ke gym dan langsung pulang. “Males, bini gue nelpon mulu kalo ada yang beda dari rutin”.

Saya pernah tanya, capek ngga sih punya bini begitu? Dia bilang, “Capeklah, kadang saya masih diajak berantem buat ngomongin yang ga penting. Padahal kamu tahu sendiri, saya kan pulang kantor selalu ke gym. Sudah 15 tahun saya begini nih, capek juga lama-lama”.

(Ya ngga tahu juga sih, tapi kalau lihat betapa seriusnya dia diet dan menjaga kesehatan, ya percayalah, soalnya dia teman diskusi soal latihan weight juga, sama-sama gym rat-lah).

Kok bisa insecure begitu ya? Ya kalau curiga suaminya selingkuh, apa bukannya ditanya langsung sama yang selingkuh? Ini kok malah nyalahin orang lain, malah mencurigai perempuan-perempuan di kantor. Apa tidak terpikir kenapa suaminya selingkuh, kalau memang iya benar selingkuh?

Wong manusia yang hidupnya seperti mesin kok si suami ini, semua by the clock dan disiplin banget. Dan dia pernah keceplosan kalau dia capek hidup begini. Cuman karena anaknya yang kecil mau ujian saja maka dia bertahan.

Yang namanya selingkuh, atau taruhlah berhubungan intim sama orang lain padahal dia statusnya menikah, berarti si pelaku selingkuh tidak menganggap perkawinannya penting. Jadi, yang salah, tentunya sang suami atau istri yang berselingkuh.

Kalau sudah begitu, baiknya cari apa penyebab perselingkuhan tersebut. Mungkin kita yang kurang memberi perhatian, atau jutek, atau entah apalah. Tetapi saya berpendapat, selingkuh itu tetap salah apapun alasannya. Yang diajak berselingkuh ya hanya membantu supaya sang suami/istri bisa menjalankan perselingkuhan.

Karena, kalau bukan sama si A, bisa saja selingkuh sama orang lain juga, bukan? Intinya, orang yang berselingkuh sudah tidak menghargai institusi perkawinannya. Jadi, yang dimarahin ya pasangannya dong, bukan si orang ke-tiganya. Tapi di negara ini, paling gampang nyalahin orang ke-3. Kenapa? Karena dia masih butuh suaminya.

Kalau suaminya disalahkan, malah nanti ditinggal pergi. Paling enak ya nyalahin orang lain. Padahal, itu suami enak bener ya, dia yang salah tapi yang kena semprot malah sang PIL. Lha, kalo suami emang doyan selingkuh dan punya simpenan di sana sini, mau nyamperin semua simpenannya?

Saya masih ingat waktu tanpa sengaja menemuka foto ex-suami dengan perempuan pas dia sedang nonton F1 di KL. Karena kamera digitalnya tuker-tukeran. Pas saya pakai, mungkin dia lupa menghapus isi kameranya.

Waktu lihat sih agak kaget, tapi saya juga mengerti kalau dia selingkuh, karena saya sendiri sudah capek dengan perkawinan dan saya sudah ogahan meladeni suami.

Jadi saya kalau ada yang memberikan perhatian kepada suami, ya monggooooo. Ngga kepikiran mengkonfrontasi, apalagi cari tahu perempuannya. Wong saya tahu dan maklum penyebabnya apa.

Nah, pasangan seperti ini apakah masih worth it untuk dipertahankan? Masih, kalau keduanya masih mau memperbaiki perkawinan. Masih, kalau masih ada rasa cinta di antara mereka.

Coba ke penasihat perkawinan atau istilah kerennya counselor. Supaya masing-maisng tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh pasangan kita. After all, dulu kan kawin karena sama-sama cinta (bukan karena terpaksa karena hamil duluan. Itu lain perkara). Mungkin masih bisa diselamatkan.

Dari sesi-sesi ngopi dengan rekanan pria-pria yang seabrek-abrek di di kantor, saya bisa tahu yang mana yang bahagia dengan pasangan dan mana yang tidak.

Biasanya yang bahagia pasti menyebut nama pasangannya atau, “Istri saya …” dalam percakapan. Karena sebagian besar hidupnya dihabiskan bersama pasangannya, dan biasanya kan kalau kita lagi punya pacar juga maunya bicara soal sang pacar terus-terusan. 

Pria-pria itu semua tidak ada yang suka ditelponin tiap jam untuk ditanya keberadaannya. Kaum pria ini lebih respect sama perempuan yang punya kesibukan dan tidak melulu obsesi dengan diri mereka.

Kembali ke teman saya yang punya istri yang doyan bakar menyan tersebut.

Saya kadang berpikir, jangan-jangan tiap perempuan di kantor ntar disamperin lagi. Kalau iya, saya pasti ada di list atas sebagai sesama orang teknikal, yang sering meeting dan sering break bareng dengan rekan-rekan lainnya (biasanya sih curhat soal kebijaksanaan kantor dan soal pekerjaan juga).

Kalau saya disamperin, pastinya saya cuma bilang, “Lha, kok suami situ yang selingkuh, semua perempuan jadi pada repot sih, Mbak Yu?”. Tapi moga-moga cuma sampai sebatas pasang detective saja deh.

Sensitif soalnya isu seperti ini, terutama buat perempuan-perempuan yang single. Mentang-mentang kita single terus kita mau sama lakinya dia gitu?

Lha, buat apa juga laki-laki hampir 60 tahun dan sudah kawin. Mendingan sama yang umur 30, single dan dapet dua bukan?

Kadang saya kasihan juga sama sang istri. Entah apa yang kejadian di rumah tangganya sampai itu suami tidak happy. Terus suaminya yang lempeng itu makin tidak happy (apalagi bule disuruh denger cerita guna-guna. Saya saja yang orang Indonesia males).

Dan ketidak bahagiaan suaminya dibilang karena suaminya diguna-guna sama tiga wanita di kantor. As if suaminya itu masih muda dan ganteng kayak Hugh Jackman atau Jason Statham. Jadinya norak kan?

Tapi mungkin juga karena dia sendiri insecure, karena dia tidak bekerja tapi mengenyam hidup enak sebagai istri expat yang berlimpah uang (percaya deh, gaji saya sebulan itu sama dengan gaji dia kerja 4 hari). Ya wajarlah kalau jadi norak begitu kali ya?

Dan saya juga suka lucu melihat perempuan yang mendamprat selingkuhan suaminya. Lha, suaminya yang mengkhianati perkawinan kok orang lain yang disalahkan.  Si PIL kan hanya tidak menghargai dirinya sendiri saja, mau berhubungan dengan orang yang sudah menikah. 

Kalau saya jadi istrinya, saya cari tahu dulu kenapa sih suami jadi begitu dan ajak bicara sang suami baik-baik. Tapi kalo berulang kali selingkuh, ya ngapain juga disimpen laki-laki yang tidak bisa mengerti tentang komitmen dan tidak bisa menghargai arti sebuah perkawinan?

Pesan saya, jangan noraklah. Hanya karena kita janda atau single, bukan berarti kita hantam kromo main gila sama laki oranglah. Apalagi guna-guna. Wahh, kalau saya punya kekuatan magis seperti itu, bukannya lebih baik guna-gunain Jason Statham atau Vin Diesel ya?

(saya mulai jarang coffee break sama dia karena takut dan tidak fun lagi jadinya!)


(Origin: Janda Kaya)

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.